Sakramen Ekaristi
Dikatakan bahwa Ekaristi itu sakramen utama. Ini
sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, yang menyebut Ekaristi “sumber dan
puncak seluruh hidup Kristiani” (LG 11; lih. SC 10; CD 30; AG 9); bahkan
dikatakan bahwa “sakramen-sakramen lainnya berhubungan erat dengan Ekaristi dan
terarah kepadanya” (PO 5; lih. DR
22). Maka dapat dikatakan bahwa perayaan Ekaristi itu pelaksanaan diri Gereja
di bidang liturgis.
Konsili Vatikan II memakai suatu istilah Yunani kuno
untuk Ekaristi, yakni synaxis(LG
11 dan 28; PO 5 dan 7). Kata Yunani itu berarti “kumpulan” atau “pertemuan”,
sama dengan ekklesia (=Gereja).
Tetapi itu tidak berarti bahwa perayaan Ekaristilah satu-satunya pertemuan
Gereja. Di banyak tempat, bila tidak ada imam, umat berkumpul untuk ibadat
sabda atau doa bersama yang lain. Di situ pun terlaksana kesatuan umat dalam
Kristus, walaupun tidak dalam bentuk sakramen. Istilah “sumber dan puncak” yang
dipakai Konsili Vatikan II dapat memberi kesan seolah-olah hanya umat yang
merayakan Ekaristi sungguh umat Allah. Sabda Kristus, “Di mana dua atau tiga
orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat
18:20).
Yang dimaksudkan Konsili ialah bahwa dalam Ekaristi misteri wafat dan
kebangkitan Kristus, yang merupakan sumber seluruh hidup Kristiani, dirayakan
dengan paling meriah dan paling resmi.
Ekaristi bukan hanya salah satu sakramen; Ekaristi adalah
Gereja dalam bentuk sakramen, Kalau dikatakan “Gereja adalah bagaikan sakramen,
yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan umat manusia”
(LG 1), rumusan itu berlaku juga untuk Ekaristi. Ekaristi merupakan tanda dan sarana,
artinya “sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antarmanusia. Ekaristi
itu perayaan umat. Suatu perayaan yang mempertandakan kehadiran Tuhan dalam
umat. Dan tidak hanya “mempertandakan”: dalam perayaan Ekaristi umat sungguh
menghayati – dalam iman – kesatuan dengan Tuhan yang hadir di tengah mereka.
Dengan demikian terungkap dua dimensi Ekaristi, sama seperti Gereja yaitu segi
ilahi dan segi insani atau gerejawi. Ekaristi tidak hanya menghubungkan
masing-masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi ikatan
antara umat sendiri. Itu dalam bentuk ibadat, yang pada dasarnya berasal dari
agama Yahudi, melalui Perjamuan Terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar