Arti dan Makna Sakramen
Dalam uraian tentang kata “misteri”, dinyatakan
bahwa rahasia keselamatan Allah ditampakkan Allah melalui peristiwa-peristiwa
konkret di dalam dunia ini. Secara fundamental rahasia itu dinyatakan di dalam
seluruh ciptaan melalui penciptaan dan secara paling sempurna dan lengkap di
dalam peristiwa Yesus Kristus, yang dipratandai oleh sejarah Israel dan
diteruskan melalui sejarah Gereja.
Gereja seluruhnya merupakan satu bagian dalam penampakan
rahasia Allah di dalam dunia dan sejarah. Dengan kata lain, Gereja merupakan
tanda. Di dalamnya rahasia keselamatan Allah menjadi nyata. Seturut seluruh
struktur wahyu Allah, bahwa rahasia yang tersembunyi di dalam Allah ditampakkan
di dalam dunia dan sejarah yang seolah-olah menjadi transparan terhadap rahasia
Allah itu, sakramen bisa didefinisikan sebagai peristiwa konkret duniawi yang
menandai, menampakkan, dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah
atau dengan lebih tepat Allah yang menyelamatkan. Dewasa ini tanda sakramental
itu biasanya dijelaskan dengan menggunakan gagasan lambang atau simbol. Manusia
merupakan roh yang membadan, sebab itu segala ekspresi roh manusiawi terjadi
melalui badan. Nilai-nilai yang luhur atau yang paling rohani pun harus kita
ungkapkan melalui badan, supaya nilai atau perasaan itu bisa disampaikan kepada
orang lain. Pokoknya adalah suatu hukum manusiawi bahwa kita berkomunikasi
melalui badan. Melalui tanda-tanda badaniah terungkaplah sesuatu yang lebih
dalam daripada perbuatan-perbuatan konkret yaitu jiwa dan sikap rohani kita.
Kebenaran ini berlaku juga untuk komunikasi Allah dengan
kita. Karena itu Allah menjadi manusia dalam diri Yesus dari Nazaret untuk
menyampaikan cinta-Nya kepada kita secara konkret. Dan karena itu pula ada
Gereja sebagai persekutuan persaudaraan yang konkret dan di dalamnya
terdapatlah ritus-ritus sakramen. Dalam sakramen, rahmat (cinta Allah)
disampaikan secara konkret melalui tanda-tanda badaniah kepada kita.
Dalam perbuatan manusiawi, kita mengalami cinta ilahi.
Dengan sengaja, di sini dibicarakan mengenai “perbuatan manusia” dan tidak
mengenai benda material yang di dalamnya kita mengalami rahmat yang
menguduskan, karena tanda sakramen sesungguhnya aksi/perbuatan. Yang terpenting
ialah apa yang kita buat di antara manusia di dalam umat beriman, karena perbuatan
manusiawi itu melambangkan perbuatan Allah terhadap kita; perbuatan Allah itu
sungguh terlaksana sementara manusia atau umat beraksi.
Penjelasan yang bersifat antropologis ini mempunyai
konsekuensi praktis. Karena sakramen-sakramen itu perbuatan manusiawi/gerejawi
yang melambangkan atau lebih baik melaksanakan secara simbolis suatu tindakan
Allah terhadap kita, maka ritus-ritus sakramen harus dilaksanakan secara
sungguh-sunguh penuh, sehingga bisa dirasakan. Maksudnya, dalam pembaptisan air
harus dirasakan, dalam pengurapan orang sakit minyak juga harus dirasakan, dan
dalam Ekaristi hosti jangan begitu tipis hingga tidak dirasakan apa-apa.
Dalam hal ini juga penting disadari bahwa perbuatan
manusia konkret itu baru mendapat identitasnya sebagai sakramen Kristiani
melalui perkataan yang diucapkan. Perbuatan penuangan air atau pembasuhan masih
terbuka artinya. Baru melalui formula “Aku membaptis engkau atas nama
Bapa,Putra, dan Roh Kudus”, hubungan perbuatan itu dengan peristiwa keselamatan
yang dilaksanakan Allah Tritunggal menjadi nyata. Sebab itu perbuatan dan
perkataan bersama-sama membentuk tanda, lambang melaluinya Allah mendekati dan
menyelamatkan kita secara konkret badaniah.
sumber:https://pendalamanimankatolik.com/tag/tanda/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar